(Terinspirasi Oleh Perkuliahan
Prof. Dr. Marsigit, M.A dalam
Perkuliahan Filsafat Ilmu
Pada Hari Kamis Tanggal 9 Oktober 2014)
Oleh: Samsul Feri Apriyadi (PMat A 14709251085)
Berfilsafat itu adalah olah pikir. Karena berfilsafat
adalah olah pikir, maka dalam berfilsafat kita membutuhkan referensi. Referensi
dalam berfilsafat adalah pikiran para filsuf. Jadi, dalam berfilsafat kita harus
membaca hasil pemikiran para filsuf. Bahkan untuk hal-hal di masa yang akan
datang pun, sudah ada beberapa filsuf yang memikirkannya.
Ada bermacam-macam prinsip
filsafat. Macam-macam prinsip filsafat tersebut didasarkan pada obyek
filsafatnya. Pada zaman dahulu, orang Yunani memikirkan tentang asal mula
segala sesuatu, bumi terbuat dari apa, bulan terbuat dari apa, sehingga
filsafatnya disebut filsafat alam. Jika obyek filsafatnya tentang manusia, maka
filsafatnya dinamakan filsafat manusia. Filsafat manusia masih dibagi lagi
berdasarkan lokasi manusianya. Filsafat yang memperlajari manusia jawa, maka
disebut filsafat manusia jawa. Untuk yang obyeknya berupa hal-hal spiritual,
maka filsafatnya disebut filsafat spiritual, atau teologi, atau filsafat ketuhanan.
Dalam mempelajari filsafat, kita
juga harus professional, artinya kita mempelajari lebih rinci mengenai lokasi
obyek. Ada dua kemungkinan lokasi obyek filsafat kita, yaitu obyek di dalam
pikiran dan obyek di luar pikiran. Apa yang kita lihat, kita dengar dan kita
raba, semua adalah obyek di luar pikiran. Namun, semua itu dapat menjadi obyek
di dalam pikiran, jika kita memejamkan mata dan memikirkan benda-benda yang ada
di luar pikiran tadi. Filsafat yang mempelajari benda-benda di dalam pikiran, tokohnya
adalah Plato, sedangkan yang di luar pikiran tokohnya adalah Aristoteles. Jika
obyeknya berada di dalam pikiran, maka filsafatnya adalah idealism, sedangkan
jika obyeknya di luar pikiran, maka filsafatnya disebut realism.
Selain itu, macam-macam flsafat
juga dapat dilihat dari banyaknya obyek. Jika obyeknya satu, maka filsafatnya
disebut monoisme. Jika obyeknya dua, maka filsafatnya disebut dualism. Jika
obyeknya banyak, maka filsafatnya disebut pluralism. Jadi, munculnya
aliran-aliran filsafat didasarkan pada obyek yang dipelajari, yaitu lokasi
obyeknya, banyaknya obyek, karakteristik obyek, macam-macam obyek, dan lain
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar